Ejaan Kosakata Bahasa Indonesia yang Sering Keliru

Mitra Excellent, pernahkah terpikirkan dalam benak Anda bahwa kosakata Bahasa Indonesia yang Anda anggap benar ternyata keliru dalam penulisan maupun pelafalan?

Kosakata-kosakata itu memang terdengar lazim sehingga banyak kalangan yang tak menyadari kekeliruannya.

Akibatnya, kesalahan yang terus berlangsung dalam ejaan kosakata tersebut menimbulkan kerancuan di masyarakat kita.

Padahal Mitra Excellent, kita adalah pemilik bahasa ini. Sudah semestinya kita paling baik dalam menggunakannya. Bukankah demikian?


Ada kejadian saat pembelajar Bahasa Indonesia yang berasal dari luar negeri, mengalami kerancuan ketika mendapati warga negara Indonesia pribumi menulis kosakata yang tidak sesuai dengan kaidah yang benar.


Mungkin tidak menjadi persoalan apabila terjadi satu dua kali saja. Namun apabila terjadi pengulangan kesalahan tersebut, tentu malu rasanya sebagai penutur bahasa asli.

Nah, agar kita tidak turut keliru, mari kita perhatikan bersama penulisan Bahasa Indonesia yang sering keliru, berikut pembetulannya :

  • Bis atau Bus?

Jenis transportasi besar yang satu ini disebut “bus”, bukan “bis” sebagaimana yang biasa orang-orang sebutkan, lho! Jadi, jangan sampai salah ya, Mitra Excellent.

  • Konkrit atau Konkret?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “konkrit” tidaklah memilih arti karena penulisan yang tepat adalah “konkret” dengan arti nyata atau benar-benar ada.

  • Handal atau Andal?

Tidak sedikit orang menganggap bahwa “handal” merupakan kata yang benar. Tetapi, coba Anda pikirkan kembali, apakah ada kata “menghandalkan”? Tidak ada, kan? Jadi, pengejaan yang tepat adalah “andal”.

  • Apotik atau Apotek?

Masih sering juga ditemukan penulisan “Apotik xxx” di sekitar kita. Coba Anda perhatikan, apakah ada “apotiker”? Jawabannya jelas tidak ada karena yang benar adalah “apoteker”, dan ia bekerja di sebuah “apotek”.

  • Silahkan atau Silakan?

Kosakata ini juga tak luput dari daftar penulisan Bahasa Indonesia yang sering salah dieja, lho. Banyak orang yang keliru menggunakan “silahkan” ketimbang kosakata yang benar yaitu “silakan”. Semoga kita menuliskannya dengan benar setelah membaca informasi ini, ya!

  • Nomer atau Nomor?

Sering ya, kita mendengar “nomer 1”, “nomer 5”, atau mungkin “nomer undian”. Padahal pengucapan yang tepat adalah “nomor”, bukan “nomer” seperti yang lazimnya orang-orang ucapkan.

  • Analisa atau Analisis? Diagnosa atau Diagnosis? Hipotesa atau Hipotesis?

Kosakata yang cenderung sering digunakan dalam hal-hal ilmiah ini juga sering salah ya, Mitra Excellent. Kosakata baku yang benar menurut ejaan KBBI adalah analisis, diagnosis, dan hipotesis.

  • Kwalitas atau Kualitas? Kwitansi atau Kuitansi?

Meski tak berkaitan, tetapi kedua kosakata ini sering mengalami kesalahan penulisan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa ejaan “kwalitas” dan “kwitansi” adalah benar, sedangkan pengejaan yang semestinya adalah “kualitas” dan “kuitansi”.

  • Jenius atau Genius? Karir atau Karier?

Banyak orang yang sering salah kaprah mengenai kedua hal ini karena mengira bahwa kosakata genius dan karier berasal dari Bahasa Inggris. Padahal dalam KBBI, kosakata genius merujuk pada kemampuan luar biasa dalam berpikir dan mencipta, sedangkan karier merujuk pada perkembangan serta kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya,

  • Hembus atau Embus? Nafas atau Napas?

Pernah mendengar kata “menghembuskan nafas”? Terdengar tepat ya, tetapi ternyata salah besar. Penulisan dan pelafalan yang tepat adalah “mengembuskan” karena berasal dari kata embus, dan bukan nafas yang benar melainkan napas.

  • Nahkoda atau Nakhoda? Supir atau Sopir? Atlit atau Atlet?

Ketiga profesi ini juga sering salah penulisan maupun pelafalannya lho, Mitra Excellent. Tidak ada kosakata “nahkoda” karena yang tepat adalah nakhoda”, begitu pun kosakata “supir” karena yang benar adalah sopir”, dan tak ada “atlit” karena yang benar adalah “atlet”.

Demikian, meski terlihat mirip, tetapi pada nyatanya beberapa kosakata tersebut memang paling sering salah digunakan oleh masyrakat kita sendiri.

Nah, agar kekeliruan itu tidak menurun sampai ke generasi Indonesia selanjutnya, mari lakukan perubahan mulai saat ini & mulai dari diri kita sendiri. Tentu juga sangat baik untuk menebarkan informasi ini kepada kerabat dan kawan terdekat kita.

Anda Bisa membagikannya jika bermanfaat.

Salam Excellent!

Apakah Hewan Memiliki Bahasa?

Semua hewan berinteraksi.

Kepiting-kepiting melambaikan capitnya satu sama lain untuk memberi tanda bahwa mereka dalam kondisi sehat dan siap untuk melakukan perkawinan.

Ikan sotong (cuttlefish) menggunakan sel-sul kulit berpigmen yang disebut chromatophores untuk membentuk pola warna di kulit mereka, yang berfungsi sebagai kamuflase atau peringatan bagi musuh.

Lebah madu melakukan tarian-tarian yang terlihat kompleks untuk memberitahukan lokasi sumber makanan beserta kualitasnya.

Semua dari hewan-hewan itu memiliki sistem komunikasi yang menakjubkan.

Namun, apakah mereka memiliki bahasa?

Lebah melakukan tarian yang kompleks saat menyampaikan sumber makanan

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita dapat melihat pada 4 kualifikasi spesifik yang sering diasosiasikan dengan bahasa :

(1) Pembedaan (discreteness),

(2) Tatabahasa (grammar),

(3) Produktivitas (productivity),

dan (4) Pergantian (displacement).

Pembedaan (discreteness) artinya terdapat sekumpulan unit individu seperti suara atau kata-kata, yang dapat dikombinasikan untuk mengomunikasikan ide baru.

Mirip seperti sekumpulan pasangan kata bermagnet di dinding kulkas yang dapat disusun ulang sehingga membentuk frasa yang berbeda.

Tatabahasa (grammarmenyajikan sistem peraturan yang menuntun cara mengombinasikan unit individu di atas.

Produktivitas (productivityadalah kemampuan penggunaan bahasa, sehingga dapat dibuat menjadi pesan yang jumlahnya hampir tak terbatas.

Sementara Pergantian (displacement) adalah kemampuan untuk menyampaikan hal-hal yang tidak ada di hadapan kita, misalnya seperti masa lalu, masa depan, atau hal-hal fiksi.

Kumpulan magnet di pintu kulkas dapat disusun menjadi beragam kata & kalimat

 

Jadi, apakah interaksi hewan menunjukkan kualifikasi-kualifikasi tersebut?

Untuk kepiting dan ikan sotong, jawabannya tentu tidak.

Mereka tidak menggabungkan sinyal-sinyal mereka dengan cara-cara yang kreatif.

Sinyal-sinyal itu juga tidak harus tertampil dalam suatu susunan tatabahasa, dan mereka hanya berinteraksi tentang kondisi saat itu saja, misalnya,

“Aku sehat,”

atau “aku beracun.”

Namun, beberapa hewan nampak betul-betul menunjukkan beberapa hal dalam kualifikasi di atas.

Lebah menggunakan gerak, sudut, durasi, serta intensitas dalam kibasan tarian mereka untuk menjelaskan lokasi dan tingkat kelimpahan sumber makanan.

Sumber makanan tersbut berada di luar sarang, sehingga mereka memiliki unsur Pergantian (displacement).

Sifat ini juga didapati pada anjing padang rumput (prairie dogs), yang hidup di kota kecil, dan diburu oleh anjing hutan, burung hantu, luak, ular, dan manusia.

Alarm peringatan yang mereka miliki mampu merinci ukuran predator yang mengejar mereka,

bahkan bentuk, kecepatan, hingga, apabila predator itu adalah manusia, mereka dapat mengidentifikasi pakaian apa yang dikenakan dan apakah ia membawa senapan atau tidak.

Anjing padang rumput (Prairie Dogs), memiliki kemampuan mengomunikasikan rincian predator

 

Kera besar seperti simpanse dan gorila, juga termasuk komunikator yang handal. Beberapa dari mereka bahkan bisa mempelajari tanda bahasa yang dimodifikasi.

Seekor simpanse bernama Washoe mendemonstrasikan Pembedaan (discreteness)dengan menggabungkan beberapa tanda menjadi frasa yang orisinil, misalkan,

“Tolong bukakan. Cepat.”

Coco, seekor gorila betina yang memahami lebih dari 1000 tanda, dan lebih kurang sekitar 2000 kata-kata yang diucapkan dalam bahasa Inggris, memberikan suatu respon saat anak kucing yang disayanginya mati.

Dalam perilaku itu, Coco menunjukkan Pergantian (displacement).

Sekalipun contoh tersebut cukup bernilai untuk dicatat, yaitu dengan standar sistem komunikasi manusia tak satupun yang muncul secara alami di alam liar.

Spesies kera besar memiliki

 

Ada banyak contoh lain bentuk interaksi yang rumit yang dilakukan oleh hewan, misalnya pada lumba-lumba, yang menggunakan siulan untuk mengidentifikasi usia, lokasi, nama, dan jenis kelamin.

Mereka juga mampu memahami beberapa Tatabahasa (grammar) dalam sebuah bahasa isyarat yang digunakan oleh peneliti untuk berkomunikasi dengan mereka.

Lumba-lumba menggunakan siulan untuk berinteraksi dengan sesamanya

 

Sekalipun begitu, Tatabahasa (grammar) tak nampak pada interaksi alami lumba-lumba.

Meskipun sistem komunikasi tersebut dimungkinkan memiliki beberapa kualifikasi bahasa yang telah diidentifikasi, tak ada yang memenuhi keempatnya sekaligus.

Bahkan kemampuan menakjubkan yang dimiliki Washoe dan Coco masih kalah dengan kemampuan bahasa balita usia 3 tahun.

Topik percakapan hewan juga biasanya terbatas.

Lebah-lebah berinteraksi seputar pangan, anjing padang rumput seputar pemangsa, dan kepiting tentang diri mereka sendiri.

Bahasa manusia berdiri sendiri terkait kombinasi kuat dari Tatabahasa dan Produktivitas, di atas Pembedaan dan Pergantian.

Otak manusia dapat mencerna angka dan elemen yang terbatas, namun dapat membuat pesan-pesan yang hampir tak terbatas.

Kita dapat membuat dan memahami kalimat-kalimat yang kompleks, sebagaimana kata-kata yang tidak pernah diucapkan sebelumnya.

Kita dapat menggunakan bahasa untuk mengomunikasikan hal-hal dalam cakupan yang hampir tak ada ujungnya, membicarakan tentang hal-hal yang berisifat khayalan, dan bahkan kebohongan.

Penelitian berlanjut untuk mengungkap lebih lagi tentang komunikasi hewan.

Boleh jadi, kelak akan didapati hal baru bukan? Tentu ini menarik untuk kita ketahui.

Salam Excellent!

 

Manusia memiliki keempat kualifikasi

Cara Agar Tetap Semangat Belajar Bahasa Kedua

Mitra Excellent, Anda ingin belajar bahasa kedua? Tentu bahasa kedua di sini bukan sekadar bahasa Jawa atau Indonesia, namun bahasa asing di luar negara kita ^__^a. Disebutkan bahwa terdapat dua tantangan utama ketika kita mencoba mempelajari bahasa baru: bagaimana cara termotivasi dan bagaimana tetap termotivasi.

Tetap Semangat Belajar Bahasa Kedua

R.C. Gardner, dalam jurnalnya yang berjudul Motivation and Second Language Acquisition, telah mengonfirmasi pentingnya motivasi dalam proses perolehan bahasa kedua. Ya, tanpa motivasi, seseorang tidak akan mampu melewati kesulitan-kesulitan yang membentang dalam proses penguasaan bahasa.

Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa termotivasi? Ada beberapa tips yang diberikan oleh Jeffrey Nelson dalam omniglot.com.

Motivasi Internal dan Eksternal

Mitra Excellent, pertama-tama, kita perlu mengenal jenis motivasi. Ada dua jenis motivasi yang berbeda: internal dan eksternal.

Motivasi internal, secara sederhana dapat diartikan bahwa kita merasa enjoy atau menikmati proses penguasaan bahasa kedua tersebut. Motivasi internal membuat pembelajaran menjadi mudah. Disebutkan pula bahwa motivasi internal adalah cara paling ampuh untuk memiliki motivasi jangka panjang.

Nah, selanjutnya saat berbicara tentang motivasi eksternal, motivasi ini memerlukan adanya reward atau hadiah. Kelas pembelajaran bahasa konvensional yang ada sekarang didasarkan pada motivasi eksternal. Hal itu bisa berupa nilai yang bagus, ijazah, gengsi dikatakan dapat lancar berbahasa asing, bisa memeroleh gaji tinggi, dan lain sebagainya.

Pentingnya Menikmati Proses

Motivasi eksternal memang merupakan kekuatan yang sangat kuat. Motivasi ini dapat membuat seseorang menghabiskan bertahun-tahun untuk menguasai sebuah bahasa. Meskipun demikian, motivasi eksternal ternyata juga memiliki kelemahan yang besar. Motivasi eksternal mendorong seseorang untuk terus berusaha, tidak peduli apakah mereka menyukainya atau tidak.

Hal ini bukanlah pola pikir yang ideal, sebab ia menyangkal tumbuhnya motivasi internal. Oleh karena itulah, guru bahasa yang terbaik adalah ia yang dapat membuat proses pembelajaran bahasa menjadi menarik dan menyenangkan. Begitu pula dengan mereka yang mempelajari bahasa secara sukses, ia tahu bagaimana cara belajar yang kreatif dan menyenangkan.

Membuat Asosiasi Positif

Mitra Excellent, ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Mulailah dengan mengaitkan proses pembelajaran bahasa dengan kesukaan/ketertarikan kita di bidang lain. Misalnya, jika Anda menyukai politik, mulailah berlatih membaca berita di bahasa target. Atau jika Anda menyukai musik, latihlah pemahaman Anda dengan cara mendengarkan lagu dan membaca liriknya.

Begitulah menariknya bahasa. Ia dapat digabungkan dengan hampir semua hobi atau aktivitas. Jika Anda menikmati proses ini, Anda tidak akan takjub dengan proses yang bakal Anda lalui.

Jangan Menyerah

Ada pepatah dari Jepang yang berbunyi, “Jika Anda jatuh tujuh kali, bangkitlah delapan kali.”

Pepatah ini mengingatkan kita tentang bagaimana sikap yang harus kita miliki dalam menguasai bahasa. Secara alamiah, ini adalah proses trial and error. Banyak orang mulai mempelajari bahasa baru dengan motivasi yang menggebu-gebu. Akan tetapi semangat itu begitu cepat pupus saat mereka banyak membuat kesalahan dalam proses penguasaan bahasa baru tersebut.

Mitra Excellent, jika hal ini terjadi pada Anda, apakah Anda akan menyerah? Jangan sampai hal itu terjadi. Tidak perlu kita pikirkan kesalahan kita dengan terlalu serius. Tersenyum dan ingatlah untuk mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut.

Ingat,

Challenges are what make life interesting and overcoming them is what makes life meaningful. In fact, it is useful.”

Semangat belajar bahasa baru yuk, Mitra Excellent! ?

Sejarah QWERTY : Mengapa Susunan Keyboard Begitu?

Bagaimana sejarah QWERTY? Apakah ada susunan yang lain selain itu?
Ketahui di tulisan ringkas berikut, yuk.

Bagaimana sejarah QWERTY?

Mitra Excellent, pernahkah Anda berfikir mengapa susunan huruf pada papan tombol  komputer, telepon, dan juga mesin ketik begitu acak? Susunan huruf yang acak tersebut, lebih sering dikenal dengan sebutan QWERTY. Asal nama QWERTY sendiri diambil dari enam susunan huruf awal pada baris ketiga papan tombolnya.

Barangkali, sebagian besar dari kita pernah bertanya-tanya, mengapa susunan hurufnya tidak dibuat urut saja mulai dari A, B, C, D, dan seterusnya? Mengapa harus QWERTY?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita kembali ke beberapa abad yang lalu, ke asal muasal mesin ketik ditemukan. Mesin ketik diciptakan oleh pria berkebangsaan Amerika yang bernama Christopher Latham Sholes, pada tahun 1868.

Pada tahun-tahun itu, papan tombol dalam mesin ketik masih menggunakan desain abjad yang urut dan disusun dalam dua baris. Masalah muncul ketika mengetik dalam bahasa Inggris. Sebab, banyak huruf-huruf yang letaknya terlalu berdekatan, menyebabkan tangkai mesin ketik sering menyangkut ketika digunakan.

Akhirnya, pada tahun 1872, Sholes membuat susunan hurufnya menjadi susunan huruf Q-W-E-R-T-Y seperti sekarang ini. Ia mengatur posisi huruf-huruf yang awalnya berurutan menjadi berjauhan satu sama lain agar kerja mesin ketik menjadi lebih efisien. Orang-orang pun mengetik tanpa perlu khawatir tangkai mesin ketik tersangkut lagi.

Ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa susunan papan tombol QWERTY merupakan saran dari operator telegraf. Para operator ini perlu untuk menerjemahkan pesan dengan cepat. Akan tetapi, susunan alfabetis membuat penerjemahan pesan menjadi membingungkan dan tidak efisien.

Begitulah, meskipun asal mula QWERTY tidak luput dengan kontroversi, Sholes, sang penemu QWERTY sendiri menanggap bahwa QWERTY bukanlah sistem yang terbaik. Masih terbuka peluang untuk membuat susunan alfabet yang lebih baik lagi.

Disebutkan pula bahwa di tahun 1930, susunan Dvorak buatan August Dvorak mampu menjadi saingan terbesar bagi QWERTY. Pengguna Dvorak mengatakan mereka dapat mengetik lebih cepat dan akurat.

Meskipun demikian, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa susunan QWERTY telah dikenal luas ke seluruh dunia sejak dua abad lalu. Bukan begitu, Mitra Excellent?

Bahasa Jepang : Berkenalan dengan Sejarah dan Hurufnya

Bahasa Jepang merupakan bahasa resmi di negara Jepang dengan jumlah penutur kurang lebih 127 juta jiwa. Puluhan tahun yang lalu, Jepang pernah menaklukan negara Korea dan Republik Tiongkok sehingga beberapa penduduknya pernah bisa menguasai Bahasa Jepang. Tak hanya itu, para emigran Jepang yang melakukan emigrasi ke Brasil serta Amerika Serikat seperti di California dan Hawaii juga menggunakan Bahasa Jepang di sana.

Belajar Sejarah Bahasa Jepang


Akan tetapi, penguasaan bahasa nasional itu ternyata tidak ikut menurun ke generasi kedua atau yang disebut juga Nisei (二世), sehingga keturunan tersebut sama sekali tidak fasih berbicara menggunakan Bahasa Jepang. Jadi, yang tersisa hanyalah wajah mereka seperti orang Jepang namun mereka tidak menguasai bahasa nenek moyangnya.

Di Negeri Sakura sendiri, Bahasa Jepang sebenarnya dibagi menjadi dua bentuk dan mungkin tidak banyak pembelajar yang mengetahuinya. Kedua bentuk tersebut adalah Hyoujungo (標準語) dan Kyoutsuugo (共通語) dengan perbedaan sebagai berikut:

  • Hyoujungo adalah bahasa resmi, bahasa baku, atau pertuturan standar dan cenderung diajarkan serta digunakan di sekolah, televisi, maupun dalam sebuah perhubungan resmi.
  • Kyoutsuugo adalah bahasa umum yang cenderung jarang digunakan dalam acara resmi.

Pembagian bahasa menjadi standar dan umum ternyata tidak hanya dianut oleh Jepang, melainkan juga negara lain seperti Korea, Tiongkok, Taiwan, Inggris, Perancis, Italia, Norwegia, dan sebagainya.

Saat belajar Bahasa Jepang rasanya juga kurang afdal jika tidak sekalian mempelajari juga tentang huruf Jepang. Berbeda dengan negara kita yang menggunakan alfabet, Jepang memiliki aksara sendiri dengan bentuk yang jauh sekali dari huruf latin. Nah, jika ingin berbicara mengenai sejarah tulisan Jepang, maka kita harus kembali ke abad ke-5 Masehi di mana Tingkok memperkenalkan aksara Kanji pada warga Jepang.

Tulisan Bahasa Jepang yang pertama kali ditulis dalam aksara Kanji disebut kanbun atau yang memiliki arti “tulisan Tiongkok”. Namun, seiring berjalannya waktu, orang Jepang merasakan ketidaknyamanan menulis tata bahasa Jepang ke dalam aksara Kanji Tiongkok karena dasar yang kedua negara pakai berbeda. Akhirnya tak berapa lama keluarlah keputusan bahwa mereka tetap menggunakan aksara Kanji Tiongkok tapi susunan tata bahasa yang digunakan bersumber dari penuturan Bahasa Jepang.

Sayangnya, ternyata tidak semua orang bisa belajar dan menguasai aksara Kanji dari Tiongkok. Kaum wanita pada masa itu tidak diizinkan mempelajari aksara Kanji, sehingga muncullah ide menciptakan aksara baru di kalangan wanita. Aksara ini disebut Hiragana. Kaum wanita menggunakannya terus menerus hingga sampai pada puncaknya di saat sebuah novel pertama buatan seorang wanita, Murasaki Shikibu, berjudul Hikayat Genji menjadi tenar di zaman Heian (795-1192). Dari situlah, akhirnya aksara Hiragana diterima penggunaannya sebagai tulisan asli Jepang.

Beberapa waktu kemudian, muncul juga huruf Jepang baru yaitu aksara Katakana. Meski tujuan awalnya huruf ini diciptakan untuk membantu melafalkan kitab suci Buddha berbahasa Tiongkok, tapi seiring berjalannya waktu huruf Katakana cenderung digunakan untuk menuliskan kata serapan. Nah, agar mudah dipahami, berikut ringkasannya:

  • Aksara Kanji: Meski berawal dari Tiongkok, aksara Kanji Jepang telah memiliki perbedaan gaya coretan dan juga pelafalan.
  • Aksara Hiragana: Berawal dari Aksara Kanji lalu mengalami perubahan sehingga menjadi lebih sesuai dengan penulisan tata bahasa Jepang. Hiragana juga digunakan untuk menulis nama kata-kata asli Jepang, seperti saya (watashi =わたし), Jepang (Nihon= にほん), Takeshi (たけし), dll.
  • Aksara Katakana: Berawal dari Aksara Kanji lalu dikembangkan oleh rohaniawan Buddha dengan tujuan melafalkan kitab suci Buddha yang bertuliskan Kanji Tiongkok. Sekarang Katakana digunakan untuk menulis kata serapan, seperti pisang (banana = バナナ), laptop (pasokon = パソコン), Amir (Amiru = アミル), dll.

Itulah dasar dari Bahasa Jepang yang harus Anda ketahui sebelum mulai belajar Bahasa Jepang. Agar mudah menghafal huruf Jepang seperti Hiragana, Katakana, dan Kanji diperlukan latihan rutin baik menghafalkan melalui membaca ataupun dengan sering berlatih menulis. Selamat belajar!