Di bawah, Camille A. Langston menjelaskan dasar-dasar retorika deliberatif dan berbagi beberapa kiat untuk menarik minat ethos, logos, dan pathos audiens dalam pidato Anda.
Bagaimana Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan, hanya dengan menggunakan kata-kata Anda?
Aristoteles mencoba untuk menjawab pertanyaan itu dengan tepat, lebih dari 2.000 tahun yang lalu dengan risalah tentang retorika.
Retorika, menurut Aristoteles, adalah seni melihat cara persuasi yang tersedia. Hari ini kita menerapkannya pada segala bentuk komunikasi. Namun, Aristoteles berfokus pada orasi, dan dia menggambarkan tiga jenis pidato persuasif.
- Retorika forensik atau yudisial, menyusun fakta dan penilaian tentang masa lalu, mirip seperti detektif di TKP.
- Retorika epideiktik atau demonstratif, membuat pengumuman tentang situasi saat ini, seperti dalam pidato pernikahan.
- Tetapi cara untuk mencapai perubahan adalah melalui retorika deliberatif, atau symbouleutikon.
Alih-alih masa lalu atau masa kini, retorika deliberatif berfokus pada masa depan. Itu adalah retorika para politisi yang memperdebatkan undang-undang baru dengan membayangkan apa dampaknya, juga retorika para aktivis yang mendesak perubahan.
Dalam kedua kasus tersebut, para pembicara menyajikan kepada audiens mereka kemungkinan masa depan dan mencoba meminta bantuan mereka untuk menghindari atau mencapainya.
Namun apa yang membuat retorika deliberatif yang baik, selain bentuk kalimat tentang masa depan?
Menurut Aristoteles, ada tiga seruan persuasif: ethos, logos, dan pathos.
Ethos adalah cara Anda meyakinkan audiens akan kredibilitas Anda.
Logos adalah penggunaan logika dan alasan. Metode ini dapat menggunakan perangkat retoris seperti analogi, contoh, dan kutipan penelitian atau statistik. Namun bukan hanya fakta dan angka, melainkan juga struktur dan isi pidato itu sendiri.
Intinya adalah menggunakan pengetahuan faktual untuk meyakinkan audiens – tetapi, sayangnya, pembicara juga dapat memanipulasi orang dengan informasi palsu yang menurut audiens adalah benar.
Adapun pathos menarik bagi emosi, dan di era media massa kita saat ini, ini sering kali merupakan mode yang paling efektif. Pathos tidak secara inheren baik maupun buruk, tetapi mungkin tidak rasional dan tidak dapat diprediksi.
Bisa dengan mudah mengumpulkan orang untuk perdamaian sebagaimana menghasut mereka untuk berperang. Sebagian besar iklan dari produk kecantikan yang berjanji untuk menghilangkan rasa tidak nyaman atas fisik kita, hingga mobil yang membuat kita merasa kuat, bergantung pada pathos.
Seruan retorika Aristoteles masih tetap menjadi alat yang kuat saat ini, tetapi memutuskan mana yang akan digunakan adalah masalah mengetahui audiens dan tujuan Anda, serta tempat dan waktu yang tepat.
Dan mungkin yang sama pentingnya adalah memperhatikan ketika metode persuasi yang sama ini digunakan pada Anda.
Salam Excellent!
Source: TED-Ed